Senin, 02 September 2013

(Menolak) Rencana AS di Syiria

Meski saya Mahasiswa Teknik Kimia dan bukan mahasiswa FISIP, namun tidak ada salahnya menulis isu yang sedang hangat ini. hehehe




Belakangan ini mata kita sudah dipenuhi oleh berita-berita tentang chaos yang sudah lama terjadi di Syiria, baik dari media cetak maupun elektronik. Hal yang menarik dalam kasus ini adalah terjadinya demonstrasi besar di Syiria sudah terjadi sejak 2011 yang lalu, padahal rata-rata kejadian serupa di Negara arab lainnya tidak terjadi selama ini. Gejolak demokrasi di Syiria ini sebenarnya merupakan rentetan dari peristiwa Arab Uprising yang terjadi sejak tahun 2010 ketika rakyat Tunisia meminta Presiden Ben Ali untuk mundur. Tidak hanya Syiria, Negara-negara Arab yang lain juga terkena imbas dari tren ini seperti Mesir dan Libya. 

Namun, baru-baru ini, saya dibuat terkaget-kaget ketika iseng membuka saluran televisi internasional BBC. Saat itu tengah diliput secara langsung diskusi antara PM David Cameron serta anggota parlemen inggrris lainnya tentang perlu tidaknya membantu AS dalam melakukan serangan militer di Syiria. Hal ini merupakan akibat dari berita yang tersiar bahwa Pemerintahan Bassar Al-Assad sudah melakukan kejahatan perang dengan memakai senjata kimia yang berbahaya. Bahkan, korban yang jatuh ditengarai bukan dari pemberontak bersenjata, namun juga rakyat biasa dan anak-anak kecil. Besoknya, tersiar kabar bahwa Inggris secara terang-terangan menolak tentang aksi militer yang direncanakan oleh Amerika Serikat.[ Perlu diketahui bahwa rencana Amerika Serikat ini sebenarnya sudah lama dibuat, namun selalu gagal saat rapat dewan keamanan PBB karena selalu ditolak oleh Rusia dan Cina, salah dua Negara yang memiliki hak veto di PBB. ]

 Pertanyaan yang mungkin diajukan adalah, Alasan apa yang membolehkan AS untuk menyerang Syiria ? Kita semua tentu ingat tentang Invasi Amerika Serikat ke Irak dengan alasan kecurigaan terhadap Irak yang memiliki senjata pemusnah masal. Namun beberapa bulan berikutnya kita dibuat kaget ketika AS tidak menemukan senjata itu. Akankah hal ini akan terjadi di Syiria ? Akankah hal ini akan menimpa kaum Muslimin lagi ?

 Fakta yang biasanya hilang dari ingatan kita adalah bahwa yang paling diuntungkan dalam perang adalah Bank yang memberikan pinjaman kepada negara yang kalah perang. Bisa dibayangkan, berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk merekonstruksi kembali gedung-gedung, jalan-jalan, dan jembatan-jembatan yang rusak. Bisa dibayangkan, berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh oleh Negara peminjam itu. Tentu tidak perlu dipertanyakan lagi siapa Negara peminjam itu nantinya.

 Dalam hal ini kita tentunya tahu bahwa jalan kekerasan merupakan jalan bagi pihak yang putus asa dan tidak percaya pada kekuatan dialog. Seperti pada pidatonya di John Kennedy School of Government Harvard University, Presiden SBY mengatakan bahwa dunia sekarang harus mengganti metode dari hard-power menuju soft-power. Proses dialog mempertemukan berbagai pihak dinilai merupakan jalan yang damai menuju penyelesaian masalah. Namun demikian, kalaupun jalan soft-power ini memang tidak bisa dijalankan lagi, maka marilah kita berharap dan berdoa agar solusi yang terbaiklah yang akan dilaksanakan nantinya...